Do I really Know Myself?

Nadia Josephine
3 min readOct 11, 2018

--

https://unsplash.com/photos/M6vQ5dNyG74

Semua hal berubah menjadi dinamis, namun kehidupan tampaknya semakin rumit setiap hari. Dalam masalah identitas, aku sering bergumul dengan perasaan tentang siapa diriku.

Jadi bagaimana aku bisa memahami semua ini?

Aku memiliki begitu banyak informasi dan pengetahuan di kepalaku tetapi aku tidak tahu bagaimana mereka semua terhubung dan bagaimana caraku lebih mengenal diriku sendiri lewat pikiranku. Dengan demikian, aku mencoba untuk menulisnya, menulis telah menjadi seperti prinsip pengorganisasian, cara untuk menyusun dan membangun jembatan pengetahuan untuk menemukan makna dan koneksi tentang identitas diriku. Jembatan yang menghubungkan narasi perubahan yang mendasari kepribadaianku.

Hal-hal yang aku tulis untuk mulai memahami seperti apa diriku ini, aku menyusun begitu banyak pertanyaan yang spesifik, yang hanya aku sendiri yang bisa menjawabnya.

Aku memulainya dengan pertanyaan sederhana, seperti, siapa namaku dan apa arti dari rangkain beberapa kata dalam namaku.

Selanjutnya aku membuat pertanyaan yang lebih dalam, hal-hal apa yang aku suka dan tidak aku suka, menurutku, seperti apa karakterku ini, bagaimana caraku memandang dan menilai diriku sendiri, norma sosial-budaya apa yang menjadi bagian dari diriku yang aku bawa setiap hari, apa komitmenku tentang hidupku, bagaimana aku merasakan dan memahami dunia dari cara pandangku, apa yang pernah orang nilai tentang diriku dan bagaimana responku terhadap itu, seberapa sadarkah aku akan pemikiran masa lalu, saat ini, dan masa depanku nanti, apa yang sering muncul dikepalaku secara tiba-tiba ketika aku sedang dijalan, sendirian, atau ketika aku akan tertidur dimalam hari, apakah aku lebih mengedapankan perasaanku atau pikiranku, apa yang sedang aku rasakan saat ini, apa yang sering aku perjuangkan, hal-hal seperti apa yang menghancurkan hatiku dan menghambat aktivitasku, apa yang sering menjadi kegelisahan dan ketakutanku dan bagaimana caraku menyikapinya. Itu adalah beberapa pertanyaan yang muncul dikepalaku ketika aku menulis dan mulai memikirkan diriku.

Kita semua tidak sempurna dan kita semua memiliki ruang untuk mencela diri kita sendiri, tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat mencintai siapa kita saat ini. Untuk bisa mencintai dirimu, kamu perlu mengenalnya. Duniamu mungkin hancur, tetapi ketika kamu mulai mengenal siapa kamu yang sebenarnya, kamu tidak akan pernah larut dalam kehancuran duniamu, kamu pasti bisa melewati dan memperbaiknya, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Kita dapat melakukan apa pun yang kita tentukan, tetapi kadang-kadang bisa terasa seperti otak kita bekerja melawan kita. Dalam aspek psikologi, ketidak koherenan tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk sabotase diri.

Pada aspek-aspek yang menyenangkan dan bermanfaat dalam mencapai tujuan kita, otak kita memikirkan kecemasan dan ketakutan yang datang bersamaan dengan melakukan sesuatu yang baru atau menempatkan diri di luar sana. Pada saat kita yakin bahwa kita mengenal dengan baik diri kita sendiri, adalah pembuktian bahwa kita telah berhenti mengkhawatirkan tentang mengembangkan kebajikan itu, dan kecenderungan perlawanan antara kemauan hati dan perlawanan otak itu akan mulai menurun. Telah ditetapkan secara empiris bahwa orang-orang yang berpikir bahwa mereka mengenal diri mereka dengan baik, ternyata tidak mengenal diri mereka sendiri seperti yang mereka pikirkan.

Aku percaya bahwa aspek-aspek tertentu dari karakterku sudah mendarah daging. Ini adalah reaksi emosional yang selalu muncul berubah-ubah sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Ini berbahaya, karena dapat menghancurkan suasana hati dan mempengaruhi pikiran serta tindakanku, jadi pentingnya mengenal diriku sendiri adalah, aku akan memiliki solusi pencegahan atau amunisi dan strategi yang aku miliki ketika hal-hal yang tidak benar itu mulai muncul, setidaknya aku dapat mengontrolnya dengan baik.

Hal ini juga dapat menghilangkan karakter dasar ini melalui internalisasi keadaan berbahaya dan perlakuan yang muncul secara tiba-tiba dari pikiranku, dan memperkuat tindakan yang memutarbalikkan apa yang kita inginkan dan apa yang pikiran kita kerjakan.

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, sedikit demi sedikit, aku mulai mengenal identitas diriku. Mungkin hasilnya akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi hati dan pikiranku saat itu. Pada umumnya, identitas diri mewujudkan jawaban untuk “Siapakah aku?” dan bagaiamana aku menghadapi setiap kondisi dalam hidupku, ketika aku ada diatas, atau ketika aku ada dititik terendah dalam hidupku.

--

--

Nadia Josephine
Nadia Josephine

Written by Nadia Josephine

I learn to design and develop experiences that make people’s lives simple.

No responses yet